Selasa, 11 November 2008

LOYALITAS?

LOYALITAS?

Oleh: Hingdranata Nikolay



Dalam pembahasan mengenai Neurological Level (tingkat berpikir dan berperilaku) di perusahaan dalam seminar2 saya, yang acapkali muncul adalah mengenai kepuasan kerja serta LOYALITAS pada perusahaan.

Kepuasan kerja tentu saja menyangkut kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri, perusahaan, sikap atasan, rekan kerja, maupun bawahan.

Dan ini berhubungan erat dengan BELIEF, yang mengandung unsur PERSEPSI kita terhadap apapun yang terjadi di sekitar kita di tempat kerja.

Apakah saya dihargai, apakah pekerjaan saya berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan, apakah orang lain menilai baik hal-hal yang telah saya lakukan, apakah atasan saya fair, apakah anak buah saya menghargai dan respek terhadap saya, apakah saya disukai, apakah perusahaan saya etis, dll.

Dan ada hal yang lucu mengenai apa yang disebut sebagai LOYALITAS.

Simak apabila ada seorang karyawan yang resign dan berkata “Saya seorang karyawan yang telah LOYAL terhadap perusahaan ini selama 10 tahun, dan karena itu saya kira wajar apabila perusahaan memberikan uang jasa yang lumayan kepada saya”

Coba perhatikan baik-baik kata-kata di atas. Pernah mendengarkan kata2 serupa atau pernah sendiri Anda ucapkan?

Here is the issue.

Saya pernah mendengar ungkapan Mario Teguh dalam sebuah talk show, bahwa apabila ada yang berkata “Saya seorang yang taqwa, tapi saya cobaan ini terlalu berat bagi saya”, berarti ada kontradiksi.

Apabila orang tersebut memang benar2 taqwa dan percaya, maka dia akan dengan lapang dada bisa menerima cobaan apapun, bukan?

Dalam kasus karyawan resign di atas, misalnya.

Seandainya benar2 karyawan tersebut LOYAL, maka apakah sikap meminta uang jasa terhadap LOYALITAS adalah bentuk nyata dari LOYALITAS itu sendiri? Hmmmhh..

Kadang ada karyawan yang keluar dari perusahaan dan mengharapkan uang jasa karena MERASA pantas mendapatkannya.

Saya pernah membicarakan ini dengan seorang expat, yang langsung dijawab dan sempat membuat saya berpikir: “Uang jasa? Bukankah setiap bulan kita sudah memberikan imbal jasa?”

Ini kembali lagi menyangkut apa yang disebut BELIEF.

Ada pihak yang MERASA bahwa dengan gaji sudah cukup untuk menunjukkan penghargaan berapapun masa kerja, karena toh merupakan imbal JASA.

Sementara ada pihak yang MERASA gaji saja tidak cukup karena merasa bahwa dengan bekerja bertahun-tahun, dan MERASA bahwa perusahaan bisa seperti sekarang adalah karena JASA-nya, oleh sebab itu MERASA wajar apabila ada penghargaan lebih.

Atau ada ungkapan seperti “Saya selama ini telah loyal dengan menjaga rahasia perusahaan dengan baik, karena itu perusahaan wajib mengkompensasi jasa saya tersebut”

Bahkan ada yang seolah menunggu saat yang tepat untuk maju dengan menggunakan rahasia perusahaan sebagai bargaining power untuk mendapatkan sebuah BENEFIT.

Pertanyaannya sama dengan di atas, apakah LOYALITAS yang dimaksud tersebut adalah SELAMA masih ada BENEFIT dari hubungan kerja atau ada BENEFIT tertentu dengan menjaga rahasia perusahaan dan oleh karena itu berakhir pada saat BENEFIT tersebut juga berakhir?

Dan apakah itu yang dinamakan LOYALITAS? Ataukah sebatas ASUMSI JASA vs BENEFIT yang diterima?

Ini sama seperti seorang yang cintanya diputus hubungan cintanya oleh seseorang yang DIRASA begitu dicintai, berkata “Saya begitu mencintai kamu. Saking begitu cintanya saya, kalau saya tidak bisa mendapatkan kamu, saya akan melakukan apapun untuk memastikan orang lain pun tidak boleh mendapatkan kamu”

Yang mem-presuposisi bahwa selama kita berhubungan, dimana masih ada BENEFIT buat saya, kamu oke-oke saja, tapi begitu putus dan saya tidak mendapatkan lagi BENEFIT dari kamu, AWAS!!!



Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan, yang pada saat krismon melanda dan kesulitan untuk melanjutkan operasionalnya, semua karyawannya bersedia untuk dipotong gajinya demi survival perusahaan. Saat itu saya menyatakan salut pada sikap karyawan2, tapi sampai hari ini saya tidak berani ber-ASUMSI apakah itu sebuah LOYALITAS, atau hanya pilihan wajar demi kelangsungan kerja dengan pertimbangan BENEFIT untuk diri sendiri juga.



Memang menarik untuk bertanya apakah LOYALITAS itu sendiri ada dalam konteks hubungan kerja atau hubungan pribadi.

Lalu bagaimana LOYALITAS itu bisa diukur, walau hanya sebatas ASUMSI juga?

After all, semuanya menyangkut BELIEF, bukan?

Seperti percakapan sepasang kekasih.

Kata sang pria, “Saya cinta kamu. Demi kesetiaan sama kamu, saya rela mati sekalipun”

Lalu sang wanita menjawab, “Dari dulu kamu bilang begitu. Buktikan dong sekali-sekali”

See? Selama masih belum jadi FAKTA, masih BELIEF.



INTERESTING isn’t it?

Tidak ada komentar: